Minggu, 31 Oktober 2010

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Sebagian besar pengetahuan responden di Posyandu Melati sebanyak 39 responden (44,3%) mempunyai kategori cukup.
2. Sebagian besar tingkat pendidikan responden sebanyak 50 responden (56,8%) mempunyai kategori pendidikan dasar.
3. Sebagian besar tingkat ekonomi responden sebanyak 55 responden (62,5%) mempunyai kategori tingkat ekonomi sedang.
4. Tingkat partisipasi masyarakat dalam berkunjung ke posyandu sebanyak 49 responden (55,7%) mempunyai kategori kurang.
5. Ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan partisipasi masyarakat dalam berkunjung ke posyandu.
6. Ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan partisipasi masyarakat dalam berkunjung ke posyandu.
7. Ada hubungan yang bermakna antara tingkat ekonomi dengan partisipasi masyarakat dalam berkunjung ke posyandu.




B. SARAN
Sesuai hasil kesimpulan diatas, maka penulis mengajukan beberapa saran guna meningkatkan minat ibu balita dalam berkunjung ke posyandu antara lain sebagai berikut :
1. Profesi/ Tenaga kesehatan
Diharapkan untuk lebih meningkatkan pemberian penyuluhan tentang pentingnya posyandu sehingga dapat meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam berkunjung keposyandu.
2. Masyarakat
Pentingnya untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang pentingnya partisipasi ibu dalam berkunjung keposyandu baik melalui buku, majalah, media massa, media elektronik, maupun dari tenaga kesehatan.
3. Peneliti lain
Perlunya penelitian lebih mendalam lagi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam berkunjung keposyandu baik melalui faktor ibu, faktor balita, maupun faktor lembaga penunjang (kader/tenaga kesehatan).
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. HASIL PENELITIAN
A. Analisa Univariat
1. Tingkat Pengetahuan
Jumlah responden menurut tingkat pengetahuan tentang posyandu dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.1
Distribusi Frekwensi Pengetahuan Responden Mengenai Posyandu

No Pengetahuan Frekwensi (f) Persentase (%)
1
2
3 Baik (skor 16-20)
Cukup (skor 12-15)
Kurang (skor < 11) 23
39
26 26,1
44,3
29,5
Jumlah 88 100,0

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan responden yang berpengetahuan baik sebesar 26.1 %, berpengetahuan cukup 44,3 %, dan 29,5% berpengetahuan kurang.





2. Tingkat Pendidikan
Jumlah responden menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.2
Distribusi Frekwensi responden berdasarkan tingkat pendidikan
No Pendidikan Frekwensi (f) Persentase (%)
1
2
3 Dasar
Menengah
Tinggi 50
27
11 56,8
30,7
12,5
Jumlah 88 100,0


Tingkat Pendidikan responden menurut tabel 4.5 menunjukan proporsi tingkat pendidikan responden terbanyak adalah berpendidikan dasar sebanyak 56,8 %, berpendidikan menengah sebanyak 30,7 % dan berpendidikan tinggi sebanyak 12,5 %.
3. Tingkat Ekonomi
Jumlah responden menurut tingkat ekonomi dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.3
Distribusi Frekwensi responden berdasarkan tingkat ekonomi

No Ekonomi Frekwensi (f) Persentase (%)
1
2
3 Rendah
Sedang
Tinggi 31
55
2 35,2
62,5
2,3
Jumlah 88 100,0

Berdasarkan paparan tabel diatas menunjukkan bahwa responden dengan tingkat ekonomi rendah sebanyak 35,2 %, proporsi tingkat ekonomi responden terbesar adalah ekonomi sedang sebanyak 62,5 %, sedangkan tingkat ekonomi tinggi sebanyak 2,3 %.
4. Tingkat Partisipasi Masyarakat
Jumlah responden menurut tingkat partisipasi masyarakat yang berkunjung ke posyandu dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.4
Distribusi Frekwensi responden berdasarkan tingkat partisipasi masyarakat

No Partisipasi masyarakat Frekwensi (f) Persentase (%)
1
2 Baik
Kurang 39
49 44,3
55,7
Jumlah 88 100,0

Dari hasil penelitian menunjukkan responden dengan tingkat partisipasi masyarakat baik sebanyak 44,3 %, sedangkan responden yang menunjukkan tingkat partisipasi kurang sebanyak 55,7 %.
B. Analisa Bivariat
1. Hubungan tingkat pengetahuan dengan tingkat partisipasi masyarakat yang berkunjung ke posyandu
Hasil uji hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat partisipasi masyarakat yang berkunjung ke posyandu dapat dilihat pada tabel silang berikut :

Tabel 4.5
Hubungan tingkat pengetahuan dengan tingkat partisipasi masyarakat yang berkunjung ke posyandu

No Tingkat Pengetahuan Partisipasi Masyarakat Total

Baik Kurang
n % n % n %
1
2
3 Baik
Cukup
Kurang 20
16
3 22,7
18,2
3,4 3
23
23 3,4
26,1
26,1 23
39
26 26,1
44,3
29,5
Jumlah 39 44,3 49 55,7 88 100,0

Pada paparan tabel diatas menunjukkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat ke posyandu dengan kriteria baik proporsi terbesar pada responden dengan tingkat pengetahuan baik sebesar 22, 7 %, responden dengan tingkat pengetahuan cukup sebesar 18,2 % dan proporsi terendah pada responden dengan tingkat pengetahuan kurang sebesar 3,4 %. Pada responden dengan kriteria kurang proporsi terbesar pada responden dengan tingkat pengetahuan cukup dan kurang sebesar 26,1% dan proporsi terendah pada responden dengan tingkat pengetahuan baik sebesar 3,4%.
Berdasarkan hasil uji chi-square untuk melihat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam berkunjung keposyandu diperoleh nilai chi-square (χ²) hitung sebesar 28,437 sedangkan nilai chi- square (χ²) tabel pada derajat kebebasan (df) = 2 dan tingkat kesalahan (α ) 5 % adalah 5,99 yang berarti ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan partisipasi masyarakat dalam berkunjung ke posyandu mengingat chi-square (χ²) hitung > chi- square (χ²) tabel.
Hasil uji chi-square pada tingkat kesalahan (α ) 5 % nilai p = 0,000 sedangkan p tabel = 0,05 menunjukkan bahwa hubungan antara kedua variabel tersebut signifikan karena nilai p hitung lebih kecil dibanding p tabel.
2. Hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi masyarakat yang berkunjung ke posyandu
Hasil uji hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi masyarakat yang berkunjung ke posyandu dapat dilihat pada tabel silang berikut :
Tabel 4.6
Hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi masyarakat yang berkunjung ke posyandu
No Tingkat Pendidikan Partisipasi Masyarakat Total
Baik Kurang n %
n % n %
1
2
3 Dasar
Menengah
Tinggi 9
24
6 10,2
27,3
6,8 41
3
5 46,6
3,4
5,7 50
27
11 56,8
30,7
12,5
Jumlah 39 44,3 49 55,7 88 100,0

Berdasarkan paparan tabel diatas menunjukkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dengan kriteria baik proporsi terbesar pada responden dengan tingkat pendidikan menengah sebesar 27,3 %, tingkat pendidikan dasar 10,2 % dan proporsi terendah pada responden dengan tingkat pendidikan tinggi 6,8 %. Pada responden dengan kriteria kurang proporsi terbesar pada responden dengan tingkat pendidikan dasar yaitu 46,6 %, pendidikan tinggi 5,7 % dan proporsi terendah pada responden dengan tingkat pendidikan menengah 3,4 %.
Berdasarkan hasil uji chi-square untuk melihat hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam berkunjung keposyandu diperoleh nilai chi-square (χ²) hitung sebesar 36,236 sedangkan nilai chi- square (χ²) tabel pada derajat kebebasan (df) = 2 dan tingkat kesalahan (α ) 5 % adalah 5,99 yang berarti ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan partisipasi masyarakat dalam berkunjung ke posyandu mengingat chi-square (χ²) hitung > chi- square (χ²) tabel.
Hasil uji chi-square pada tingkat kesalahan (α ) 5 % nilai p = 0,000 sedangkan p tabel = 0,05 menunjukkan bahwa hubungan antara kedua variabel tersebut signifikan karena nilai p hitung lebih kecil dibanding p tabel.





3. Hubungan tingkat ekonomi dengan tingkat partisipasi masyarakat yang berkunjung ke posyandu
Hasil uji hubungan antara tingkat ekonomi dengan tingkat partisipasi masyarakat yang berkunjung ke posyandu dapat dilihat pada tabel silang berikut :
Tabel 4.7
Hubungan tingkat ekonomi dengan tingkat partisipasi masyarakat yang berkunjung ke posyandu

No Tingkat Ekonomi Partisipasi Masyarakat Total
Baik Kurang n %
n % n %
1
2
3 Rendah
Sedang
Tinggi 6
31
2 6,8
35,2
2,3 25
24
0 28,4
27,3
0 31
55
2 35,2
62,5
2,3
Jumlah 39 44,3 49 55,7 88 100,0

Berdasarkan paparan tabel diatas menunjukkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dengan kriteria baik proporsi terbesar pada responden dengan tingkat ekonomi sedang sebesar 27,3 %, tingkat ekonomi rendah 6,8 % dan proporsi terendah pada responden dengan tingkat ekonomi tinggi 2,3 %. Pada responden dengan kriteria kurang proporsi terbesar pada responden dengan tingkat ekonomi rendah yaitu 28,4 %, ekonomi sedang 27,3 % dan proporsi terendah pada responden dengan tingkat ekonomi tinggi 0 %.
Berdasarkan hasil uji chi-square untuk melihat hubungan antara tingkat ekonomi dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam berkunjung keposyandu diperoleh nilai chi-square (χ²) hitung sebesar 13,575 sedangkan nilai chi- square (χ²) tabel pada derajat kebebasan (df) = 2 dan tingkat kesalahan (α ) 5 % adalah 5,99 yang berarti ada hubungan yang bermakna antara tingkat ekonomi dengan partisipasi masyarakat dalam berkunjung ke posyandu mengingat chi-square (χ²) hitung > chi- square (χ²) tabel.
Hasil uji chi-square pada tingkat kesalahan (α ) 5 % nilai p = 0,001 sedangkan p tabel = 0,05 menunjukkan bahwa hubungan antara kedua variabel tersebut signifikan karena nilai p hitung lebih kecil dibanding p tabel.
II. PEMBAHASAN
Hasil penelitian terhadap faktor – faktor yang mempengaruhi rendahnya partisipasi masyarakat (D/S) dalam berkunjung ke Posyandu Melati, Desa Kendayaan, di Wilayah Kerja Puskesmas Rowobungkul, Dinas Kesehatan Kabupaten Blora, setelah dilakukan analisa bivariat semua variable yang diteliti menunjukkan adanya hubungan yang signifikan. Dari hasil analisa yang menunjukkan adanya korelasi tersebut, penulis akan menjelaskan masing-masing variabel:
1. Hubungan tingkat pengetahuan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam berkunjung ke posyandu.
Hasil penelitian pada variabel pengetahuan menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan partisipasi masyarakat dalam berkunjung ke posyandu sebesar 28,437 ( χ² tabel = 5,99). Dilihat dari nilai p = 0,000 sangat jauh lebih kecil dibanding nilai p tabel (0,05). Ini menjelaskan bahwa pengetahuan seseorang sangat mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam berkunjung keposyandu. Dari 26,1% responden yang pengetahuannya baik Sebagian besar tingkat partisipasinya dalam berkunjung ke posyandupun baik (22,7%), sedangkan responden yang pengetahuannya cukup dan kurang (73,8%) sebagian besar tingkat partisipasinya juga kurang (52,2%). Hal ini lebih dikarenakan sebagian besar tingkat pendidikan responden adalah berpendidikan dasar. Pengetahuan akan membawa seorang ibu untuk berfikir apakah ia harus berkunjung keposyandu untuk menimbangkan balitanya atau tidak, kemudian ia akan menilai apa yang akan ia peroleh apabila ia berkunjung ke posyandu. Setelah itu ia tahu bahwa dengan datang ke posyandu mempunyai banyak manfaat, maka ia tidak akan ragu – ragu lagi untuk berkunjung ke posyandu. Dengan demikian pengetahuan responden yang rendah akan menyebabkan partisipasi yang rendah pula. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmojo (2003) bahwa sebelum seseorang melakukan perubahan perilaku (berperilaku buruk), ia harus tahu terlebih dahulu arti tahu atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya.
Penelitian ini sesuai dengan teori Soetjiningsih (1995), dimana dari pengetahuan dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
2. Hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam berkunjung ke posyandu.
Berdasarkan hasil penelitian pada variabel pendidikan menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan partisipasi masyarakat dalam berkunjung ke posyandu sebesar 36,236 (χ² tabel = 5,99). Sedangkan dilihat dari nilai p = 0,000 sangat jauh lebih kecil dari p = standart (0,05). Ini menjelaskan bahwa pendidikan seseorang sangat mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam berkunjung keposyandu. Dari responden berpendidikan dasar (56,8%) sebagian besar mempunyai partisipasi kurang (46,6%), sedangkan yang berpendidikan menengah dan tinggi (43,2%) sebagian besar mempunyai partisipasi yang baik pula (34,1%). Hal ini dikarenakan masyarakat yang berpendidikan rendah akan bersikap masa bodoh terhadap perkembangan pengetahuan disekitarnya, sehingga masyarakat tidak peduli terhadap informasi atau sesuatu dari luar termasuk partisipasi masyarakat dalam berkunjung keposyandu. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada hubungan yang signifikan atau ada perbedaan dikalangan ibu-ibu dengan pendidikan yang berbeda dalam berpartisipasi keposyandu. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin tinggi pula partisipasinya dalam berkunjng keposyandu.
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Notoatmojo (2003) bahwa tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberi respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan akan berfikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut. Pendidikan merupakan suatu usaha memindahkan ilmu pengetahuan kepada orang lain. Seseorang yang telah menerima pendidikan akan lebih berfikir secara rasional dan akan lebih mudah dalam menerima hal-hal yang dianggap menguntungkan termasuk pentingnya partisipasi dalam berkunjung keposyandu.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan ibu mempunyai pengaruh terhadap partisipasi seseorang dalam berkunjung keposyandu.
3. Hubungan tingkat ekonomi dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam berkunjung ke posyandu.
Hasil penelitian pada variabel ekonomi menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara tingkat ekonomi dengan partisipasi masyarakat dalam berkunjung ke posyandu sebesar 13,575 (χ² tabel = 5,99). Dilihat dari hasil nilai p = 0,001 menunjukkan bahwa korelasi antara kedua variabel tersebut signifikan karena p hasil lebih kecil dari p = standart (0,05). Dari 62,5% tingkat ekonomi sedang menunjukkan minat yang tinggi dalam berkunjung ke posyandu sebanyak 35,2 %, sedangkan responden dengan pendapatan rendah (35,2%) menunjukkan minat yang rendah dalam berkunjung ke posyandu (28,4%), berarti tingkat ekonomi seseorang sangat berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat dalam berkunjung ke posyandu. Hal ini dikarenakan sebagian besar responden mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Kondisi sakit juga akan menyebabkan kemunduran dibidang ekonomi, hal ini akan berakibat turunnya pendapatan dan penghasilan lain. Seseorang yang bekerja dan mempunyai penghasilan sendiri, akan memungkinkan atau memotivasi untuk melakukan lebih banyak pekerjaan. Begitu juga halnya dengan ibu-ibu yang mempunyai balita dengan tingkat ekonomi yang sedang dan tinggi untuk kebutuhan sehari-hari maka akan menambah motivasi untuk ikut berpartisipasi dalam berkunjung keposyandu. Sebaliknya dengan tingkat ekonomi yang rendah tetapi tidak diikuti dengan pola pengeluaran yang seimbang, maka akan mengurangi motivasi untuk melakukan pekerjaan, termasuk berpartisipasi dalam berkunjung keposyandu.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Green (2000) bahwa karakteristik ekonomi sebagai faktor predisposisi akan mempermudah terjadinya perubahan perilaku pada seseorang dalam memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan. Seseorang yang bekerja dan mempunyai penghasilan sendiri akan memotivasi untuk melakukan upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal. Sebaliknya ekonomi yang rendah akan mengurangi motivasi seseorang untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal termasuk partisipasi masyarakat dalam berkunjung keposyandu.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. JENIS DAN DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian analitik korelatif yaitu menjelaskan hubungan tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan dan tingkat ekonomi dengan partisipasi masyarakat yang berkunjung ke posyandu melalui pengujian hipotesis yang telah dirumuskan.
Metode pendekatan waktu yang digunakan adalah cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor – faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach) (Notoatmodjo, 2002).
B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei s/d Agustus 2010.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Posyandu Melati, Desa Kendayaan, di Wilayah Kerja Puskesmas Rowobungkul, Dinas Kesehatan Kabupaten Blora,, Jawa Tengah dengan pertimbangan bahwa di posyandu tersebut pencapaian tingkat partisipasi masyarakat ke posyandu (D/S) pada triwulan awal 2010 (Januari-Maret) masih dibawah target 80 % dengan variasi faktor yang mempengaruhi.
C. POPULASI DAN SAMPEL
1. Populasi
Populasi adalah subjek yang hendak diteliti dan memiliki sifat-sifat yang sama (Notoatmodjo, 2005). Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai balita di Posyandu Melati, Desa Kendayaan, di Wilayah Kerja Puskesmas Rowobungkul, Dinas Kesehatan Kabupaten Blora,, Jawa Tengah sebanyak 112 orang.
2. Sampel
Sampel adalah bagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005). Besar sampel ditentukan dengan menggunakan perhitungan menurut rumus Notoatmodjo, 2005 :
N
n =
1 + N (d²)

Keterangan :
N = besar populasi
n = besar sampel
d = kesalahan sampel yang masih dapat ditolerir ( 5 %)

112
n = ∑
1 + 112.0,05 ²

n = 87,5
Jadi jumlah sampel yang dibutuhkan sebanyak 87,5 di bulatkan menjadi 88. Pengambilan sample dilakukan dengan menggunakan metode acak sederhana (simple random sampling) yaitu semua ibu yang mempunyai balita di wilayah kerja Posyandu Melati, Desa Kendayaan, di Wilayah Kerja Puskesmas Rowobungkul, Dinas Kesehatan Kabupaten Blora, Jawa Tengah sebanyak 112 orang, akan diambil sampelnya sebanyak 88 orang. Adapun caranya adalah setiap responden dibuat daftar nomor urut dengan kertas, kemudian dimasukkan kedalam kotak, lalu dikocok biar bercampur. Peneliti mengambil kertas bernomor, satu persatu tanpa melihat nomor kertas yang diambil, sampai diperoleh jumlah yang diinginkan yaitu 88 orang.
D. INSTRUMEN ATAU ALAT PENELITIAN
Instrumen adalah alat pada waktu penelitian menggunakan suatu metoda. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan kohort balita.
E. UJI VALIDITAS DAN REALIBILITAS
Uji validitas dan reliabilitas dilakukan sebelum melakukan penelitian, dengan tujuan untuk melihat sejauh mana alat ukur dapat dipercaya dan dapat diandalkan untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Uji coba instrument penelitian dilakukan pada responden selain subyek penelitian namun yang mempunyai ciri yang mirip dengan subyek penelitian yang berada diluar wilayah penelitian, yaitu pada ibu-ibu yang mempunyai balita di wilayah kerja Posyandu Mawar, Desa Gedebeg, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora sebanyak 30 responden.
1. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu instrument memiliki validitas tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukurnya sesuai dengan maksud dilakukan tes tersebut. Suatu alat ukur yang valid tidak sekedar mampu mengungkapkan data dengan tepat tetapi juga memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut. Dalam uji validitas, setiap butir pertanyaan dilakukan uji validitas terhadap total skor seluruh pertanyaan/pernyataan dengan menggunakan uji product Moment.
Ν(Σxy)(ΣxΣy)
Ґ =
{ ΝΣx²-(x)²}{ ΝΣy²-(y)²}
Keterangan :
r = koefisien korelasi x dan y / product moment
x = skor pertanyaan
y = skor total pertanyaan
xy = skor pertanyaan dikalikan skor total
N = jumlah populasi
Setelah r tersebut diketahui kemudian hasilnya di konsulkan dengan r table product moment dengan taraf signifikasi 5%. Jika didapatkan r hasil > r table maka dikatakan butir soal valid.
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Hal ini menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali/lebih dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2005). Untuk mencari reliabilitas, rumus yang dipakai adalah rumus Alpha Cronbach yaitu:

Keterangan :
11 = Reliabilitas Intrumen
σ²1 = Variasi Total
Σσ²1 = Jumlah Variasi Butir
k = banyaknya butir Pertanyaan
(Arikunto, 2002)
Jika r α positif serta r α > r tabel, maka butir tersebut reliabel. Jika r α positif serta r α < r tabel, maka butir tersebut tidak reliabel. Jadi r α > r tabel tetapi bertanda negatif , Ho akan tetap ditolak.
3. Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner
Kuesioner untuk mengukur pengetahuan terdiri dari 20 butir pertanyaan. Berdasarkan dari hasil perhitungan statistik diperoleh 20 pertanyaan valid dengan nilai r > 0,361. Dengan demikian pengukuran pengetahuan responden tentang tingkat pengetahuan ibu tentang posyandu akan digunakan 20 butir pertanyaan. Dari hasil uji reliabilitas diperoleh angka alpha 0,751, sehingga kuisioner pengetahuan mempunyai keandalan (reliabilitas) tinggi dan dapat dipergunakan untuk penelitian. Hasil uji validitas dan realibilitas dapat dilihat pada table berikut :
Tabel 3.1.
Hasil uji validitas variable pengetahuan

Butir Pertanyaan r hasil Keterangan Butir Pertanyaan r hasil Keterangan
X1_1 0,449 Valid X1_11 0,608 Valid
X1_2 0,431 Valid X1_12 0,452 Valid
X1_3 0,395 Valid X1_13 0,462 Valid
X1_4 0,440 Valid X1_14 0,399 Valid
X1_5 0,379 Valid X1_15 0,595 Valid
X1_6 0,367 Valid X1_16 0,644 Valid
X1_7 0,305 Valid X1_17 0,474 Valid
X1_8 0,429 Valid X1_18 0,381 Valid
X1_9 0,418 Valid X1_19 0,362 Valid
X1_10 0,569 Valid X1_20 0,474 Valid



Tabel 3.2.
Hasil uji reliabilitas variable pengetahuan

Alpha Cronbach’s Keterangan
0,751 Reliabel


F. METODE PENGUMPULAN DATA
1. Data primer
Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara langsung kepada responden dengan menggunakan kuesioner yang meliputi tingkat pengetahuan, pendidikan dan ekonomi responden.
2. Data sekunder
Data sekunder diperlukan untuk melengkapi data primer yang pengumpulannya dari orang lain atau tempat lain. Data sekunder dalam penelitian ini meliputi data tingkat partisipasi masyarakat ke posyandu diambil dari hasil perhitungan D ( jumlah balita yang datang dan ditimbang) dibagi dengan S (jumlah seluruh balita yang ada diwilayah kerja posyandu) dikalikan 100 %.





G. METODE PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA
1. Pengolahan Data
Pengolahan data yang dilakukan meliputi:
a. Editing
Kegiatan ini dilakukan dengan dasar pertimbangan untuk mengkoreksi suatu data yang telah terkumpul meliputi kebenaran/kesesuaian dan kelengkapan data.
b. Coding
Kegiatan ini untuk mengklasifikasikan data/ jawaban yang masuk. Dalam pekerjaan ini yang perlu diperhatikan adalah setiap jawaban yang masuk diberi kode tertentu sesuai dengan kategorinya.
c. Skoring
Penentuan nilai (score) pada jawaban daftar pertanyaan pengetahuan ibu tentang posyandu berdasarkan jawaban benar. Nilai yang diperoleh setiap jawaban benar kemudian dijumlahkan menjadi total nilai. Opsi jawaban pertanyaan diperhitungkan berdasarkan pilihan jawaban yang paling benar. Jawaban benar mendapat nilai 1, sehingga dalam satu set kuesioner nilai maksimal yang diperoleh adalah 20.
d. Tabulating
Pada tahap ini, jawaban-jawaban responden yang sama dikelompokkan dengan teliti dan teratur lalu dihitung dan dijumlahkan, kemudian dituliskan dalam bentuk tabel-tabel.
e. Entry
Memasukkan data yang diperoleh dari kuisioner kedalam master tabel secara elektronik dengan menggunakan komputer.
2. Analisa Data
a. Analisa Univariat
Analisa dilakukan untuk memberikan gambaran secara umum terhadap tiap variable tingkat pengetahuan,tingkat pendidikan, dan tingkat ekonomi. Analisis data menggunakan analisis presentase yang disajikan dalam bentuk tabel dan distribusi frekuensi
b. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk mencari hubungan antara variable independent dan variable dependen. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi chi square dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Σ (Fo – Fh)²
x² = Σ
Fh
Keterangan :
X² : Chi square
Fo : Frekuensi Observasi
Fh : Frekuensi yang diharapkan
Pengujian hipotesis : Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara membandingkan chi kuadrat hitung dengan tabel dengan ketentuan dk = (r-1) (k-1), r = baris dan k = kolom jika X² ( hitung ) > X² ( tabel ) maka Ho ditolak, Ha diterima
H. ETIKA PENELITIAN
Didalam melakukan penelitian ini ada etika - etika yang dilaksanakan untuk mendukung kelancaran penelitian :
1. Sukarela ( Voluntary)
Partisipasi responden sebagai subyek dalam penelitian ini harus berdasarkan atas kesukarelaan responden atau tidak terdapat unsur paksaan, tekanan baik secara langsung maupun tidak langsung atau paksaan secara halus dengan cara memberikan hadiah atau pemberian sesuatu yang menyenangkan dan sejenisnya. Untuk menjamin kesukarelaan responden untuk menjadi subyek dalam penelitian ini maka responden di berikan inform consent.
2. Inform Consent
Yaitu surat persetujuan dengan pihak responden tentang kesukarelaan mereka untuk menjadi subyek dalam penelitian ini setelah responden mendapatkan penjelasan tentang cara pelaksanaan dan efek dari penelitian ini. Inform consent ini di berikan secara tertulis dan di tandatangani oleh responden.

3. Anonimity and Confidentiality.
Penelitian ini tidak akan membuka identitas subyek penelitian baik secara individu maupun secara kelompok demi kepentingan privasi responden.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN TEORI
1. Posyandu
a. Pengertian
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat dalam menyelenggarakan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan kematian ibu dan bayi (Depkes RI, 2006).
b. Tujuan Penyelenggaraan Posyandu
Menurut Effendy, 1998, tujuan diselenggarakannya posyandu adalah:
1) Mempercepat angka penurunan kematian bayi, anak bailta dan angka
Kelahiran dalam rangka mempercepat terwujudnya keluarga catur warga.
2) Mempercepat penerimaan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera
(NKKBS).

3) Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan
kegiatan - kegiatan kesehatan dan lainnya yang menunjang kemampuan
hidup sehat.
4) Menjadi kebutuhan pokok dan bagian yang tidak terpisahkan dari
kegiatan masyarakat.
5) Meningkatkan usia harapan hidup.
6) Meningkatkan dan peran serta masyarakat dalam rangka alih tehnologi
untuk swakelola usaha – usaha kesehatan masyarakat.
7) Meningkatkan cakupan masyarakat.
Dalam kenyataannya, pendekatan konseptual dasa wisma, PKK, lebih mengintensifkan pelayanan posyandu. Secara khusus pelayanan gizi yang dipadukan diposyandu antara lain pemantauan pertumbuhan melalui penimbangan balita, suplementasi Vit A, suplementasi zat besi, pemberian oralit, penyuluhan gizi,dan pemberian makanan tambahan. Sedangkan kegiatan penyuluhan kesehatan dasar dan KB yang dipadukan diposyandu adalah imunisasi, pemeriksaan ibu hamil, penanggulangan diare, pelayanan KB, penyuluhan dan kesehatan KB.



Kegiatan gizi diposyandu sebagai bagian dari UPGK dalam langkah-langkah kebijaksanaan perbaikan gizi merupakan kegiatan upaya langsung yang meliputi :
1). Pemantauan pertumbuhan anak balita dengan Kartu Menuju Sehat
(KMS) melalui penimbangan oleh kader.
2). Pemberian makana tambahan
3). Penyuluhan gizi
c. Sasaran Pelayanan Kesehatan di Posyandu
Sasaran Pelayanan Kesehatan di Posyandu adalah:
1) Bayi / balita
2) Ibu hamil / ibu menyusui
3) Wanita usia subur dan Pasangan Usia Subur (PUS)
d. Kegiatan Posyandu
Menurut Depkes RI (2006), kegiatan di Posyandu meliputi: Kesehatan Ibu dan anak dan Keluarga Berencana, Imunisasi, Gizi, Pasangan Usia Subur.




e. Persyaratan didirikannya Posyandu
Menurut Effendy (1998) persyaratan didirikannya Posyandu antara lain:
1). Penduduk RW terdapat  100 orang balita
2). Terdiri dari 120 kepala keluarga
3). Disesuaikan dengan kemampuan petugas (bidan desa)
4). Jarak antara kelompok rumah, jumlah KK dalam satu tempat atau
kelompok tidak terlalu jauh
f. Letak/Lokasi Posyandu
Menurut Effendy (1998) letak/lokasi Posyandu harus memenuhi beberapa kriteria antara lain:
1). Berada di tempat yang mudah didatangi oleh masyarakat
2). Ditentukan oleh masyarakat itu sendiri
3). Dapat merupakan lokal tersendiri
4). Bila tidak memungkinkan dapat dilaksanakan di rumah penduduk, balai
rakyat, pos RT/RW atau pos lainnya.
g. Penyelenggaraan Posyandu
Kegiatan rutin Posyandu diselenggarakan dan diminati oleh kader Posyandu dengan bimbingan teknis dari Puskesmas dan sektor terkait, jumlah minimal kader untuk setiap Posyandu adalah 5 orang, jumlah ini sesuai dengan jumlah kegiatan utama yang dilaksanakan oleh Posyandu, yakni yang mengacu pada sistem 5 meja (Depkes RI, 2006).
1). Pelaksana Kegiatan Posyandu
Yang bertindak sebagai pelaksanaan Posyandu adalah kader, kader posyandu dipilih oleh pengurus dari anggota masyarakat yang tersedia, mampu dan memiliki waktu untuk menyelenggarakan kegiatan posyandu.
Kriteria kader Posyandu antara lain sebagai berikut :
a). Diutamakan berasal dari anggota masyarakat setempat.
b). Dapat membaca dan menulis.
c). Mempunyai jiwa pelapor, pembaharu dan penggerak masyarakat.
d). Bersedia tekerja secara sukarela, memiliki kemampuan dan waktu luang.
(Depkes RI, 2006).
2). Pengelola Posyandu
Pengelola Posyandu dipilih dari dan oleh masyarakat pada saat musyawarah pembentukan Posyandu. Pengurus Posyandu sekurang - kurangnya terdiri dari seorang ketua, seorang sekretaris dan seorang bendahara, kriteria pengelola posyandu antara lain :


a) Diutamakan berasal dari para dermawan dan tokoh masyarakat
setempat.
b). Memiliki semangat pengapdian, berinisiatif tinggi dan mampu
memotivasi masyarakat.
c). Bersedia bekerja secara sukarela bersama masyarakat.
(Depkes RI, 2006)
h. Mekanisme Kegiatan Posyandu
Menurut Effendi (1998) kegiatan Posyandu diselenggarakan satu kali dalam sebulan dengan sistem 5 meja.
Meja I : Pendaftaran
Meja II : Penimbangan bayi, anak balita dan ibu hamil
Meja III : Pengisian kartu Menuju Sehat
Meja IV : Penyuluhan perorangan berdasarkan KMS.
Meja V : Pemberian pelayanan imunisasi KB, Pengobatan, Gizi, KIA.
i. Prinsip Dasar Posyandu
Menurut Effendy (1998), prinsip dasar posyandu terdiri atas:
1). Posyandu merupakan usaha masyarakat dimana terdapat perpaduan. antara pelayanan profesional dan non profesianaI oleh masyarakat.

2). Adanya kerjasama, lintas program yang baik (KIA, KB, gizi, imunisasi penanggulangan diare) maupun lintas sektoral (Depkes RI, Depdagri/Bangdes, BKKBN).
3). Kelembagaan masyarakat.
Mempunyai sasaran penduduk yang sama (bayi, balita, anak balita, ibu).
j. Pelaksanaan Posyandu
Pada pelaksanaan Posyandu melibatkan petugas Puskesmas, petugas BKKBN sebagai penyelenggara pelayanan profesional dan peran serta masyarakat secara aktif sebagai penyelenggara pelayanan profesional secara terpadu sebagai penyelenggara pelayanan non profesional secara terpadu dalam rangka alih teknologi dan swakelola masyarakat.
Dukungan lintas, sektoral sangat diharapkan mulai dari tahap persiapan/perencanaan, pelaksanaan bahkan penilaian dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, baik dalam segi motivasi maupun teknik dari masing-masing sektor (Effendy, 1995).






k.Tingkat Perkembangan Posyandu
Menurut Depkes RI (2006), tingkat perkembangan posyandu dibagi atas:
Tabel 2.1. Tingkat Perkembangan Posyandu
Tingkat
Perkembangan Kriteria
Posyandu Pratama Posyandu yang masih belum mantap kegiatannya masih belum bisa rutin setiap bulan dan kader aktifnya terbatas kurang dari 5 orang
Posyandu Madya
Sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali pertahun, dengan rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih, akan tetapi cakupan program utamanya masih rendah yaitu kurang dari 50. Intervensi untuk Posyandu madya antara lain :
Pelatihan tokoh masyarakat Penggarapan dengan Pendekatan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) untuk menentukan masalah dan mencari penyelesaian situasi dan kondisi setempat.
Posyandu Purnama Posyandu yang frekuensinya lebih dari 8x setahun, rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih dan cakupan 5 program utamanya lebih dari 50% sudah ada program tambahan bahkan mungkin sudah ada dana sehat yang masih sederhana
Posyandu Mandiri Sudah dapat melaksanakan kegiatan secara teratur, dengan jumlah kader rata-rata 5 orang atau lebih cakupan 5 program utama sudah bagus, ada program tambahan dan dana sehat telah menjangkau lebih dari 50% KK
Sumber : Depkes RI, 2006

2. Partisipasi Masyarakat (D/S)
a. Pengertian dan Prinsip Partisipasi Masyarakat
Menurut Ach. Wazir Ws., et al. (1999) partisipasi bisa diartikan sebagai keterlibatan seseorang secara sadar ke dalam interaksi sosial dalam situasi tertentu. Dengan pengertian itu, seseorang bisa berpartisipasi bila ia menemukan dirinya dengan atau dalam kelompok, melalui berbagai proses berbagi dengan orang lain dalam hal nilai, tradisi, perasaan, kesetiaan, kepatuhan dan tanggung jawab bersama.
Partisipasi masyarakat menurut Isbandi (2007) adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi.
Partisipasi masyarakat merutut Hetifah Sj. Soemarto (2003) adalah proses ketika warga sebagai individu maupun kelompok sosial dan organisasi, mengambil peran serta ikut mempengaruhi proses perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan kebijakan kebijakan yang langsung mempengaruhi kehidupan mereka.



b. Prinsip – prinsip partisipasi ( UU No. 32/2009)
1. Menumbuhkembangkan kemampuan masyarakat.
2. Menumbuhkan dan atau mengembangkan peran serta masyarakat
dalam pembangunan kesehatan
3. Mengembangkan semangat gotong royong dalam pembangunan
kesehatan
4. Bekerja bersama masyarakat
5. Menggalang kemitraan dengan LSM dan organisasi kemasyarakatan
yang ada di masyarakat
6. Penyerahan pengambilan keputusan kepada masyarakat.
Apa yang ingin dicapai dengan adanya partisipasi adalah meningkatnya kemampuan (pemberdayaan) setiap orang yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung dalam sebuah program pembangunan dengan cara melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan dan kegiatan-kegiatan selanjutnya dan untuk jangka yang lebih panjang. Adapun prinsip-prinsip partisipasi tersebut, sebagaimana tertuang dalam Panduan Pelaksanaan Pendekatan Partisipatif yang disusun oleh Department for International Development (DFID) (dalam Monique Sumampouw, 2004) adalah:
1) Cakupan.
Semua orang atau wakil-wakil dari semua kelompok yang terkena dampak dari hasil-hasil suatu keputusan atau proses proyek pembangunan.
2) Kesetaraan dan kemitraan (Equal Partnership).
Pada dasarnya setiap orang mempunyai keterampilan, kemampuan dan prakarsa serta mempunyai hak untuk menggunakan prakarsa tersebut terlibat dalam setiap proses guna membangun dialog tanpa memperhitungkan jenjang dan struktur masing-masing pihak.
3) Transparansi.
Semua pihak harus dapat menumbuhkembangkan komunikasi dan iklim berkomunikasi terbuka dan kondusif sehingga menimbulkan dialog.
4) Kesetaraan kewenangan (Sharing Power/Equal Powership).
Berbagai pihak yang terlibat harus dapat menyeimbangkan distribusi kewenangan dan kekuasaan untuk menghindari terjadinya dominasi.
5) Kesetaraan Tanggung Jawab (Sharing Responsibility).
Berbagai pihak mempunyai tanggung jawab yang jelas dalam setiap proses karena adanya kesetaraan kewenangan (sharing power) dan keterlibatannya dalam proses pengambilan keputusan dan langkah-langkah selanjutnya.
6) Pemberdayaan (Empowerment).
Keterlibatan berbagai pihak tidak lepas dari segala kekuatan dan kelemahan yang dimiliki setiap pihak, sehingga melalui keterlibatan aktif dalam setiap proses kegiatan, terjadi suatu proses saling belajar dan saling memberdayakan satu sama lain.
7) Kerjasama.
Diperlukan adanya kerja sama berbagai pihak yang terlibat untuk saling berbagi kelebihan guna mengurangi berbagai kelemahan yang ada, khususnya yang berkaitan dengan kemampuan sumber daya manusia.
c. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat.
( Dep Kes RI, 1997)
1). Manfaat kegiatan yang dilakukan.
Jika kegiatan yang dilakukan memberikan manfaat yang nyata dan bagi masyarakat maka kesediaan masyarakat untuk berperan serta menjadi lebih besar.
2). Adanya kesempatan.
Kesediaan juga dipengaruhi oleh adanya kesempatan atau ajakan untuk berperan serta dan masyarakat melihat memang ada hal-hal yang berguna dalam kegiatan yang akan dilakukan.
3). Memiliki ketrampilan.
Jika kegiatan yang dilaksanakan membutuhkan ketrampilan tertentu dan orang yang mempunyai ketrampilan esuai dengan ketrampilan tersebut maka orang tertarik untuk berperan serta.



4). Rasa Memiliki.
Rasa memiliki suatu akan tumbuh jika sejak awal kegiatan masyarakat sudah diikutsertakan, jika rasa memiliki ini bisa ditumbuhkembangkan dengan baik maka peran serta akan dapat dilestarikan.
5). Faktor tokoh masyarakat.
Jika dalam kegiatan yang diselenggarakan masyarakat melihat bahwa tokoh - tokoh masyarakat atau pemimpin kader yang disegani ikut serta maka mereka akan tertarik pula berperan serta.
d. Bentuk Partisipasi Masyarakat
1). Partisipasi karena terpaksa
Masyarakat berperan serta karena adanya ancaman atau sanksi.
2). Partisipasi karena imbalan
Adanya peranserta karena adanya imbalan tertentu yang diberikan baik dalam bentuk imbalan materi atau imbalan kedudukan.
3). Partisipasi karena kesadaran
Peran serta atas dasar kesadaran tanpa adanya paksaan atau harapan dapat imbalan.


e. Wujud Partisipasi Masyarakat
Partisipasi dapat diwujudkan dalam bentuk :
1) Tenaga, seseorang berperan serta dalam kegiatan kelompok dengan menyumbangkan tenaganya, misalnya menyiapkan tempat dan peralatan dan sebagainya.
2) Materi, seseorang berperan serta dalam kegiatan kelompok dengan menyumbangkan materi yang diperlukan dalam kegiatan kelompok tersebut, misalnya uang, pinjaman tempat dan sebagainya.
f. Motivasi untuk berpartisipasi.
Motivasi adalah dorongan dari dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut melakukan kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan (Depkes RI, 1997).
g. Strategi Pengembangan Partisipasi Masyarakat
Strategi pengembangan peran serta masyarakat dilakukan melalui pendekatan community organization atau community development yang terencana dan terarah.
Partisipasi masyarakat merupakan suatu indikator yang menunjukkan sampai dimana tingkat partisipasi masyarakat dalam program dan kegiatan posyandu, yaitu dengan menghitung perbandingan antara jumlah balita yang datang dan ditimbang dengan jumlah seluruh balita yang ada diwilayah kerja posyandu. Target partisipasi masyarakat adalah 80 % .
(Standar Pelayanan Minimal Depkes RI ).


Keterangan:
D: Jumlah balita yang datang dan ditimbang
S: Jumlah seluruh balita yang ada diwilayah kerja posyandu
3. Faktor- faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat (D/S)
ke Posyandu (Soetjiningsih,1995) :
a. Pengetahuan
1). Pengertian
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa prilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada prilaku yang tidak didasari pengetahuan. Pengetahuan keluarga yang memedai akan menunjang tumbuh kembang anak karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak.
2). Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden (Notoatmojo,1993). Pengukuran pengetahuan dengan wawancara terstuktur dengan kuesioner.


b. Pendidikan
1). Pengertian
Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh kembangnya anak, karena dengan pendidikan yang baik maka orang tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana menjaga kesehatan anaknya, pendidikannya dan sebagainya.
2). Pengukuran Pendidikan
Pada penelitian ini pengukuran variabel tingkat pendidikan dapat digolongan berdasarkan Undang-Undang RI tentang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003 yaitu :
- Tinggi : Akademi dan Universitas
- Menengah : SMA atau yang sederajat
- Dasar : SD, SMP
c. Pekerjaan
Ketergantungan wanita bekerja yang sangat besar adalah pada penerimaan upah. Pendapatan kelurga yang memadai akan menunjang tumbuh kembangnya anak, karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer maupun yang sekunder.

d. Ekonomi
1). Pengertian
Sebaiknya seorang ibu datang bukan karena pemberian makanan saja, tanpa pengertian untuk maksud dari penimbangan balita. Pada keluarga dengan keadaan sosial ekonomi yang kurang, jumlah anak yang banyak akan mengakibatkan selain berkurangnya kasih sayang dan perhatian pada anak juga kebutuhan primer seperti makanan, sandang dan perumahanpun tak terpenuhi. Oleh karena itu program Keluarga Berencana dalam posyandu tetap diperlukan.
2). Pengukuran Ekonomi
Menurut ketetapan Badan Statistik Provinsi Jawa Tengah tahun 2008 Upah Minimum Regional (UMR) di Kabupaten Blora sebesar Rp, 550.000,- perbulan sehingga dapat dikelompokkan sebagai berikut :
• Tinggi : > Rp. 1.500.000,-
• Sedang : Rp. 550.000,- s/d Rp. 1.500.000,-
• Rendah : < Rp. 550.000,-
e. Sumber Informasi
Dengan sumber informasi yang diterima akan mempengaruhi tingkah laku seseorang dalam pengembangan kepribadian

B. KERANGKA TEORI
Faktor yang mempengaruhi rendahnya partisipasi masyarakat yang berkunjung ke posyandu
a. Pengetahuan
b. Pendidikan
c. Pekerjaan
d. Ekonomi
e. Sumber Informasi

Bagan 2.1 Kerangka Teori Penelitian
Sumber : Soetjiningsih,1995
C. KERANGKA KONSEP






Bagan 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
D. VARIABEL
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh suatu penelitian tentang suatu konsep pengertian tertentu ( Notoatmodjo,1993).

Variabel dalam penelitian ini ada dua yaitu :
1. Variabel dependen :
Yaitu variabel yang terikat oleh variabel yang lain / di pengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Partisipasi Masyarakat yang berkunjung ke posyandu.
2. Variabel independent :
Yaitu variabel bebas yang tidak terikat oleh variabel lain / variabel yang berdiri sendiri. Variabel independen dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan dan tingkat ekonomi.
E. DEFINISI OPERASONAL
1. Partisipasi Masyarakat
Adalah perbandingan antara jumlah balita yang datang dan ditimbang dengan jumlah seluruh balita yang ada diwilayah kerja posyandu dalam bulan yang sama. (Sumber : Standart Pelayanan Minimal Depkes RI)
Alat Ukur : Kohort Balita
Kategori : Baik, bila D/S ≥ 80 %
Kurang, bila D/S ≤ 80 %
Skala pengukuran : Ordinal


2. Tingkat Pengetahuan
Adalah tingkat kemampuan responden dalam menjawab pertanyaan yang meliputi pengertian posyandu, manfaat, sasaran, jenis pelayanan/kegiatan, pelaksanaan.
Alat Ukur : Kuesioner
Kategori :
Baik : Apabila skor 76 % - 100 % jawaban benar (16-20, soal benar)
Cukup : Apabila skor 56 % - 75 % jawaban benar (12-15, soal benar)
Kurang : Apabila skor < 56% jawaban benar (< 11, soal benar) (Arikunto, 2002).
Skala pengukuran : Ordinal
3. Tingkat Pendidikan
Adalah jenjang pendidikan formal yang telah diselesaikan oleh responden (Sumber : Undang-Undang RI tentang Sistem Pendidikan Nasional, 2003)
Alat Ukur : Kuesioner
Kategori : Tinggi : Akademi dan Universitas
Menengah : SMA atau yang sederajat
Dasar : SD, SMP
Skala Pengukuran : Rasio
4. Tingkat Ekonomi
Adalah jumlah rupiah yang diperoleh responden rata-rata dalam sebulan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari (Sumber : UMR Kabupaten Blora Tahun 2009).
Alat Ukur : Kuesioner
Kategori : Tinggi : > Rp. 1.500.000,-
Sedang : Rp. 550.000,- s/d Rp. 1.500.000,-
Rendah : < Rp. 550.000,-
Skala pengukuran : Ordinal
F. HIPOTESA
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu penelitian (Soekidjo Notoatmodjo, 2002). Untuk mengarahkan kepada hasil penelitian maka dalam perencanaan penelitian perlu dirumuskan jawaban sementara. Hipotesis penelitian ini adalah:
Ha: Ada hubungan antara tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi dengan partisipasi masyarakat yang berkunjung ke posyandu.
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam rangka menuju masyarakat yang adil dan makmur maka pembangunan dilakukan disegala bidang. Pembangunan di bidang kesehatan yang merupakan bagian interaksi dari pembangunan nasional yang secara keseluruhanya perlu digalakkan pula. Hal ini telah digariskan dalam sistem kesehatan nasional antara lain disebutkan bahwa sebagai tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk atau individu agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan pembangunan nasional. Pembangunan di bidang kesehatan mempunyai arti yang penting dalam kehidupan nasional, khususnya didalam memelihara tersebut erat kaitannya dengan pembinaan dan pengembangan SDM dan meningkatkan kesehatan. Untuk mencapai keberhasilan sebagai modal dasar pembangunan nasional (Digitized by USU Digital Library, www.library.usu.ac.id, 2003).
Gambaran masyarakat Provinsi Jawa Tengah masa depan yang ingin dicapai oleh segenap komponen masyarakat melalui pembangunan kesehatan Provinsi Jawa Tengah adalah Jawa Tengah Sehat 2010 yang mandiri dan bertumpu pada potensi daerah. Untuk mewujudkan visi tersebut ada empat misi yang diemban oleh seluruh jajaran petugas kesehatan di masing-masing jenjang administrasi pemerintahan, yaitu menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan, mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat dengan bertumpu pada potensi daerah, memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau bagi seluruh masyarakat Jawa Tengah, dan mendorong pemeliharaan dan peningkatan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya.
Guna mempertegas rumusan Visi Jawa Tengah Sehat itu, telah ditetapkan indikator-indikatornya secara lebih terinci yang mengacu pada Indikator Indonesia Sehat 2010, yang terdiri atas indikator derajat kesehatan sebagai hasil akhir yang terdiri atas indikator-indikator untuk mortalitas, morbiditas, dan status gizi, indikator hasil antara, yang terdiri atas indikator-indikator untuk keadaaan lingkungan, perilaku hidup, akses dan mutu pelayanan kesehatan, serta indikator proses dan masukan yang terdiri atas indikator-indikator untuk pelayanan kesehatan, sumber daya kesehatan, manajemen kesehatan, dan kontribusi sektor terkait.
Buletin Organisasi Kesehatan Dunia 2006 ( www.who.int/bulletin) menerangkan bahwa pertahunnya sekitar 16,2 juta anak meninggal dan sekitar 14 % terjadi di wilayah Asia. Angka Kematian Bayi di Provinsi Jawa Tengah tahun 2008 sebesar 9,17/1.000 kelahiran hidup, menurun bila dibandingkan dengan tahun 2007 sebesar 10,48/1.000 kelahiran hidup. Apabila dibandingkan dengan target dalam Indikator Indonesia Sehat tahun 2010 sebesar 40/1.000 kelahiran hidup, maka AKB di Provinsi Jawa Tengah tahun 2008 sudah melampaui target, demikian juga bila dibandingkan dengan cakupan yang diharapkan dalam MDG ( Millenium Development Goals ) ke - 4 tahun 2015 yaitu 17/1.000 kelahiran hidup. (Profil kesehatan Propinsi Jawa Tengah 2008)
AKABA di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2008 sebesar 10,12/1.000 kelahiran hidup, menurun bila dibandingkan dengan tahun 2007 sebesar 12,77/ 1.000 kelahiran hidup. Apabila dibandingkan dengan target dalam Indikator Indonesia Sehat tahun 2010 sebesar 58/1.000 kelahiran hidup, maka AKABA di Provinsi Jawa Tengah tahun 2008 sudah melampaui target, demikian juga bila dibandingkan dengan cakupan yang diharapkan dalam MDG ( Millenium Development Goals ) ke - 4 tahun 2015 yaitu 23/1.000 kelahiran hidup. (Profil kesehatan Propinsi Jawa Tengah 2008)
Dalam upaya menyetabilkan AKB dan AKABA serta untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak balita, angka kelahiran agar terwujud keluarga kecil bahagia dan sejahtera, pelaksanaannya tidak saja melalui program-program kesehatan, melainkan berhubungan erat dengan program KB. Upaya menggerakkan masyarakat dalam keterpaduan ini digunakan pendekatan melalui pembangunan kesehatan masyarakat desa, yang pelaksanaanya secara operasional dibentuklah Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu).
Posyandu ini merupakan wadah titik temu antara pelayanan professional dari petugas kesehatan dan peran serta masyarakat dalam menanggulangi masalah kesehatan masyarakat terutama dalam upaya penurunan angka kematian bayi dan angka kelahiran nasional (Digitized by USU Digital Library, www.library.usu.ac.id , 2003).
Partisipasi masyarakat dalam penimbangan di posyandu Provinsi Jawa Tengah tahun 2008 sebesar 76,47%, angka ini sedikit lebih tinggi dari target yang harus dicapai pada tahun tersebut sebesar 76%. Bila dibandingkan dengan pencapaian tahun 2007 sebesar 71,23 %, terlihat kenaikan seiring dengan kegiatan penyuluhan yang dilakukan petugas kepada masyarakat tentang pentingnya penimbangan balita secara teratur tiap bulan dalam setiap pertemuan kader maupun kegiatan sosial lainnya. Data partisipasi masyarakat (D/S) di posyandu Kabupaten Blora tahun 2009 menunjukkan 76,6 % (Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Blora. 2009). Banyak hal dapat mampengaruhi tingkat pencapaian partisipasi masyarakat dalam penimbangan di posyandu antara lain tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan masyarakat, faktor ekonomi dan sosial. (Profil kesehatan Propinsi Jawa Tengah 2008).
Partisipasi masyarakat dalam penimbangan (D/S) di posyandu tersebut digambarkan dalam perbandingan jumlah balita yang ditimbang (D) dengan jumlah balita seluruhnya (S). Semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam penimbangan di posyandu maka semakin baik pula data yang dapat menggambarkan status gizi balita.
Data Puskesmas Rowobungkul, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora dari bulan Oktober sampai dengan Desember 2009 partisipasi masyarakat ke posyandu (D/S) sebanyak 48,41 %. Di Puskesmas Rowobungkul terdapat 12 desa binaan yaitu Desa Rowobungkul, Desa Sambonganyar, Desa Gedebeg, Desa Bergolo, Desa Bandungrojo, Desa Plumbon, Desa Kendayaan, Desa Kedungsatrian, Desa Karangtengah, Desa Jetakwanger, Desa Sumberejo 11 dan Desa Sendangagung.
DATA PARTISIPASI MASYARAKAT YANG BERKUNJUNG KEPOSYANDU (D/S) PUSKESMAS ROWOBUNGKUL
BULAN OKTOBER s/d DESEMBER 2009
No Desa Bulan Oktober Bulan November Bulan Desember Rata - Rata
1 Rowobungkul 50,25% 50,24% 51,69% 50,72%
2 Sambonganyar 43,10% 40,23% 40,81% 41,38%
3 Gedebeg 46,15% 45,13% 45,92% 45,73%
4 Bergolo 73,27% 52,48% 59,22% 61,65%
5 Bandungrojo 43,31% 41,40% 42,68% 42,46%
6 Plumbon 49,62% 51,91% 50,38% 50,63%
7 Kendayaan 41,41% 36,72% 39,06% 39,06%
8 Kedungsatrian 54,13% 52,29% 57,14% 54,52%
9 Karangtengah 47% 55% 57,85% 53,28%
10 Jetakwanger 47,76% 54,89% 53,73% 52,13%
11 Sumberejo 11 43,54% 46,94% 45,95% 45,47%
12 Sendangagung 51,16% 52,33% 56,32% 53,27%

Tabel 1.1 Persentase Partisipasi Masyarakat(D/S) Puskesmas Rowobungkul
(Sumber : Data Puskesmas Rowobungkul 2009)

Dari kedua belas desa tersebut Desa Kendayaan yang partisipasi masyarakatnya di posyandu paling rendah. Hasil ini sangat jauh dari Standar Pelayanan Minimal yang menargetkan 80%. Di Desa Kendayaan terdapat satu posyandu yaitu Posyandu Melati. Jumlah bidan ada 1 orang dan jumlah kader 5 orang. Berdasarkan prasurvey di lokasi diperoleh data dari tiga bulan terakhir (Januari - Maret 2010) yaitu pada bulan Januari cakupan D/S di Posyandu Melati mencapai 38,84%, bulan Febuari mencapai 46,28%, bulan Maret mencapai 39,66%. Tingkat Partisipasi Masyarakat di Posyandu Melati, Desa Kendayaan, di Wilayah Kerja Puskesmas Rowobungkul, Dinas Kesehatan Kabupaten Blora, dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu balita tentang posyandu, keaktifan kader posyandu, keaktifan petugas puskesmas, dan usia anak balita itu sendiri. Dari pra survey terhadap 10 responden didapati bahwa responden tersebut rata-rata tingkat pendidikannya pendidikan dasar, tingkat pengetahuan tentang posyandu kurang, taraf ekonomi mereka rendah yaitu kurang dari Rp. 550.000,-
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di Posyandu Melati, Desa Kendayaan, di Wilayah Kerja Puskesmas Rowobungkul, Dinas Kesehatan Kabupaten Blora, untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya partisipasi masyarakat (D/S) yang berkunjung ke posyandu.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari data yang ada, maka masalah dalam penelitian ini adalah “Faktor - Faktor Apa Saja Yang Mempengaruhi Rendahnya Partisipasi Masyarakat (D/S) Dalam Berkunjung ke Posyandu Melati Desa Kendayaan di Wilayah Kerja Puskesmas Rowobungkul, Dinas Kesehatan Kabupaten Blora Tahun 2010.”


C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya Partisipasi Masyarakat (D/S) dalam berkunjung ke Posyandu Melati, Desa Kendayaan, di wilayah kerja Puskesmas Rowobungkul, Dinas Kesehatan Kabupaten Blora Tahun 2010.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui deskripsi tingkat pengetahuan ibu yang berkunjung ke Posyandu Melati, Desa Kendayaan, di wilayah kerja Puskesmas Rowobungkul, Dinas Kesehatan Kabupaten Blora Tahun 2010.
b. Untuk mengetahui deskripsi tingkat pendidikan ibu yang berkunjung ke posyandu Melati, Desa Kendayaan, di wilayah kerja Puskesmas Rowobungkul, Dinas Kesehatan Kabupaten Blora Tahun 2010.
c. Untuk mengetahui deskripsi tingkat ekonomi ibu yang berkunjung ke posyandu Melati, Desa Kendayaan, di wilayah kerja Puskesmas Rowobungkul, Dinas Kesehatan Kabupaten Blora Tahun 2010.
d. Untuk mengetahui deskripsi tingkat partisipasi masyarakat yang berkunjung ke posyandu Melati, Desa Kendayaan, di wilayah kerja Puskesmas Rowobungkul, Dinas Kesehatan Kabupaten Blora Tahun 2010.

e. Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan partisipasi masyarakat yang berkunjung ke posyandu Melati, Desa Kendayaan, di wilayah kerja Puskesmas Rowobungkul, Dinas Kesehatan Kabupaten Blora Tahun 2010.
f. Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan ibu dengan partisipasi masyarakat yang berkunjung ke posyandu Melati, Desa Kendayaan, di wilayah kerja Puskesmas Rowobungkul, Dinas Kesehatan Kabupaten Blora Tahun 2010.
g. Untuk mengetahui hubungan tingkat ekonomi ibu dengan partisipasi masyarakat yang berkunjung ke posyandu Melati, Desa Kendayaan, di wilayah kerja Puskesmas Rowobungkul, Dinas Kesehatan Kabupaten Blora Tahun 2010.
D. MANFAAT
1. Bagi Peneliti
Menambah pengalaman dalam penelitian serta sebagai bahan untuk penerapan ilmu yang telah didapat selama perkuliahan.
2. Bagi Pengelola Program
Sebagai bahan masukan untuk memotifasi masyarakat demi tercapainya partisipasi masyarakat (D/S) di posyandu sesuai target Standart Pelayanan Minimal.

3. Bagi Peneliti Lain
Sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian-penelitian di tempat lain dengan desain yang berbeda.
4. Bagi Ibu yang Mempunyai Balita
Menambah pengetahuan ibu tentang manfaat posyandu dan sebagai masukan dan evaluasi peran serta ibu dalam kegiatan pelayanan posyandu.